Mahasiswa KKM Kelompok 8 Universitas Primagraha Mengembangkan Kerupuk Krutang Kuliner Khas Kelurahan Cipete Menuju Pasar Digital
Ditulis oleh Admin Kelurahan Cipete • Dipublikasikan pada 24 July 2025
Kelompok Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Primagraha, didampingi oleh pengurus RW 01 setempat, telah melaksanakan kunjungan produksi kerupuk krutang di Desa Cipete. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya Mahasiswa KKM Kelompok 8 Universitas Primagraha untuk berkontribusi dalam pelestarian dan pengembangan potensi ekonomi lokal atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), khususnya kerupuk krutang yang dikenal sebagai camilan khas Desa Cipete Kecamatan Curug Kota Serang dengan cita rasa unik dan telah digemari banyak orang.
"Di RW 01 ini, kami memiliki beberapa warga yang aktif memproduksi kerupuk krutang, salah satunya adalah Ibu Asmariah," ujar Bapak Saprudin, Ketua RW 01 Desa Cipete, dalam sambutannya. "Kegiatan KKM ini sangat positif karena tidak hanya bisa membantu melestarikan kuliner khas kami, tetapi juga bisa memberikan ilmu baru agar produk kerupuk krutang dari Desa Cipete bisa lebih maju dan dikenal luas."
Sejalan dengan visi dan misi kampus pada KKM 2025 yang disampaikan oleh Bapak Dr H. Haerofiatna, S.Kom, MM salah satunya yaitu Meningkatkan enterpreneur, ekonomi kreatif, dan UMKM. Arahan ini juga diperkuat oleh Herly Noviansyah, MM, selaku dosen pembimbing lapangan (DPL), yang secara singkat menekankan, “Kita harus membawa dampak nyata dan menciptakan inovasi yang berkelanjutan bagi UMKM di Desa Cipete.”
Inisiatif ini bertujuan ganda: pertama, mempelajari proses pembuatan kerupuk krutang yang merupakan warisan budaya lokal; dan kedua, memberikan dukungan dalam promosi serta pengembangan usaha kerupuk krutang agar jangkauannya dikenal lebih luas.
Kegiatan diawali dengan sesi pemaparan sejarah dan filosofi di balik kerupuk krutang oleh Ibu Aisyah, salah satu produsen kerupuk krutang di Desa Cipete. Beliau menjelaskan bahwa kerupuk ini terbuat dari paduan tepung tapioka, penyedap rasa, emping, dan bumbu khas, diolah melalui serangkaian tahapan unik yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
"Produksi kerupuk krutang ini memang memerlukan ketelatenan dan kesabaran," ujar Ibu Asmariah. "Namun, kami sangat bersemangat karena minat masyarakat terus meningkat, terutama saat bulan Ramadhan atau menjelang hari raya besar. Pada momen-momen itu, permintaan bisa melonjak drastis hingga dua atau tiga kali lipat dari hari biasa."
Sesi dilanjutkan dengan demonstrasi langsung proses produksi kerupuk krutang yang dipandu oleh Ibu Aisyah. Dengan cermat, beliau menunjukkan setiap tahapan penting, mulai dari pencampuran bahan baku, proses pengadonan, pencetakan, hingga pengeringan dan penggorengan yang menjadi kunci kualitas kerupuk krutang.
Bagian inti dari kunjungan ini adalah diskusi interaktif dan berbagi pengalaman antara mahasiswa dan produsen kerupuk. Berbagai isu krusial diidentifikasi, termasuk kendala dalam produksi seperti ketersediaan bahan baku, isu peralatan yang sering dihadapi, serta tantangan dalam mengelola lonjakan permintaan. Para mahasiswa proaktif menyumbangkan ide-ide segar, khususnya dalam upaya memperluas jangkauan pasar melalui pemanfaatan maksimal media sosial serta platform e-commerce.
Kunjungan ini terbukti memberikan wawasan yang sangat berharga bagi kedua belah pihak. Mahasiswa mendapatkan pemahaman mendalam tentang pentingnya menjaga kelestarian kuliner lokal sebagai bagian dari identitas budaya dan potensi ekonominya. Sementara itu, para produsen kerupuk memperoleh pengetahuan baru yang relevan tentang strategi pemasaran digital yang diharapkan dapat menjadi katalisator signifikan bagi peningkatan penjualan produk mereka di era digital ini.
Melalui sinergi antara mahasiswa dan produsen kerupuk krutang ini, diharapkan kerupuk krutang tidak hanya bertahan sebagai kuliner tradisional, tetapi juga mampu bersaing dan berkembang di pasar yang lebih luas, memberikan dampak positif bagi perekonomian Desa Cipete.